Ndilalah

dilalah e ndilalah
kok waktunya bertepatan
Di tengah ingar bingar intoleransi di kota ini
ndilalah e ndilalah pas hari ini kami belajar bersama anak-anak usia 4-10 tahun dari seputaran Jogja tentang keberagaman. Kegiatan ini sudah kami rencanakan jauh hari.
Anak-anak hari ini bersama-sama membuat Majalah Keberagaman. Dalam kelompok kecil anak-anak saling mengamati teman, mencoba mencari persamaan/perbedaan/keunikan fisik. Cari punya cari ternyata tak ada satu anak pun yang ciri fisiknya sama.
Pencarian berlanjut, anak-anak berbagi cerita tentamg orang-orang yang tinggal.bersama mereka. Ada anak yang tinggal dengan keluarga inti saja, ada pula anak yang tinggal dengan keluarga besar, termasuk kakek, nenek, bulik, bu dhe, pak dhe, pak lik, om, tante. Tak ada satu keluarga pun yang sama keadaannya.
Pendamping juga bercerita kalau ada pula anak-anak yang hanya tinggal.dengan satu oeang tua, atau dengan kakek nenek saja, atau bahkan di panti asuhan karena keadaan mereka berbeda. Kondisi pribadi lepas pribadi sudah tentu berbeda.
Cerita berlanjut tentang makanan dan minuman kesukaan. Anak-anak dengan senang hati menggambarkan kesukaan mereka. Adayang suka makanan khas italia dan minum air putih. Ada yang suka nasi telur bertabur sambel.tuna yang membuat teman lain dan pendamping menelan ludah. Makanan dan minuman kesukaan.juga beda-beda.

Di halaman akhir majalah anak-anak mengungkapkan pendapat yang berbeda tentang teman. Ada yang berpendapat kalau teman itu menyenangkan, ada yang berpendapat kalau teman itu menyenangkan walau kadang menjengkelkan.dan suka jahil. Ada pula yang menaburkan gojekan dalam pendapatnya, "Teman itu suka micin." 😆

Anak-anak dengan mantap menjawab, "Boleh!" ketika ditanya apakah berbeda pendapat itu boleh. Anak-anak juga menjawab spontan tanla pikir panjang, "NGGAK!" ketika ditanya perlukah orang berantem.ketika berbeda pendapat. lalu ketika.ditantang mencari solusi bagaiman.cara mengagasi beda pendapat tanpa berantem, mereka memberi contoh, "Dengan musyawarah." Yang lain bilang, "Ya, diomongin."

Kita boleh skeptis bahwa anak-anak hanya asal ucap atau karena mereka belum makan asam garam kehidupan. Tapi nyatanya hari ini saya melihat bukti nyata atas pendapat-pendapat mereka. Setelah majalah selesai dibuat anak-anak membuat video tentang kenapa berbeda itu nggak papa bersama kelompok kecilnya. Dalam kelompok sungguh terjadi perbedaan pendapat dan konflik.kecil-kecil, tapi mereka bisa menyelesaikannya, dengan bicara, dengan mengalah, dengan menerima.
Jauh, jauh, jauh sebelum bicara perbedaan suku, ras, atau agama, perbedaan-perbedaan dan keunikan mendasar manusia perlu selalu.disadari. Kalau kau tak.keberatan temanmu.punya warna kulit.yang berbeda denganmu.kenapa kau harua keberatan dengan perbedaan suku. Kala kau menerima.bahwa temanmu suka makan mie ayam sedangkan kau suka makan bakso, kenapa kau harus tak bisa menerima perbedaan keyakinan?

Tariklah napas dalam-dalam dan pandanglah mata anak kecil, lalu temukan toleransi dan empatinyang berlimpah-limpah di dalamnya sshingga dengan murah hati kau bisa membagikannya pada siapa.saja, terutama pada mereka yang berbeda denganmu dan mereka yang mungkin terlanjur membuat luka di hatimu
Tuhan adalah cinta dan Dia tak.pernah berubah Nyalakan terang untuk mengusir gelap karena berdebat tanpa ujung bukan nyala


No photo description available.
Hari ini di Komunitas Belajar Alternatif Green Meadow di Jogja yang katanya istimewa

Comments

Popular posts from this blog

Kasih Tuhan di km 63

Telinga

Lintang