Posts

Showing posts from November, 2017

In Memoriam Eyang Sidhi

Image
Suatu hari waktu Eda ada dalam gendonganku saat kami menunggu taksi yang akan mengantar kami ke rumah dokter, Eyang Sidhi melintas lalu menghampiri kami. "Kenapa?" katanya. "Panas, Pak," jawabku. Lalu Eyang Sidhi memijat Eda. Eda diam saja. Sepertinya rasanya enak. Eyang Sidhi tersenyum. " Nanti sembuh," katanya. Jauh sebelum Eda bahkan Randu lahir, Eyang Sidhi juga memijat kaki Mama. Pijat refleksi. Sembari memijat Eyang Sidhi bercerita kalau ia sudah menyiapkan satu stel baju di lemarinya. Baju itu adalah baju yang akan dipakainya nanti di peti mati. " Saya tu rindu, mau bertemu Tuhan Yesus. Seperti apa ya?" Dengan senyum lebar yang menunjukkan giginya yang ompong ia bertutur.  Eyang Sidhi tidak pernah menarik bayaran untuk memijat. Ia melakukannya untuk pelayanan. Eyang Sidhi juga rajin melayani umat , memijat refleksi si gereja. Eyang Sidhi sering berkata, " Tuhan itu sudah sediakan semua obat-obat untuk orang sa

Hadiah untuk Eda

Image
"Adik itu dulu waktu di perut Mama sukanya tendang-tendang," begitu kubuka ceritaku tentang proses kelahirannya, sambil kuperagakan caranya menendang perutku dari dalam. Aku masih ingat betul rasanya. Eda terkikik senang lalu menirukan gerakan menendang-nendang. Tapi pagi itu, di hari lahirmu, kamu tidak menendang-nendang. "Waktu itu Adik kesulitan bernapas," kataku. "Terus harus segera dikeluarkan." Randu ikut nimbrung, " Adik keluarnya lewat mana?" sambil menunjuk bagian perut dan kemaluan. "Lewat perut soalnya dioperasi," jawabku. "Kasihan adik waktu itu," aku menambahkan. Lalu aku menjelaskan tentang kantung dan air ketuban yang kering dan fetal distress. Aku bercerita tentang Eda yang kesulitan bernapas karena sudah menghirup dan menelan cairan ketuban yang tersisa sedikit dan bercampur dengan faecesnya di dalam.kanting yang menempel di rahim. Eda masih mengikuti cerita, manggut-manggut. Sebenta

Dampak Post Partum Depression

Image
Dampak Post Partum Depression Saya sering merasa cemas sejak memiliki anak. Saya bahkan pernah mengalami post partum depression setelah melahirkan anak saya yang kedua. Tanpa sadar saya sering beraksi berlebihan di depan anak-anak saya. Terlalu khawatir, terlalu cemas, terlalu takut, dan sebagainya. Kini, sekitar tiga tahun kemudian saya sudah mulai pulih. Dan saat ini saya sedang merasakan dampak depresi yang pernah melanda saya pada anak-anak saya. Keduanya cenderung menjadi pencemas, takut berlebihan, bahakan kadang-kadang hingga muncul gejala-gelaja fisik, seperti muntah-muntah atau berkeringat dingin. Dengan segala kesadaran saya menerima dampak ini dan mensyukurinya, karena perjalanan ini justru membangun ketahanan, kedewasaan, dan kepasrahan dalam diri saya. Pun, kejadian itu membuat anak-anak mulai belajar mengatasi perasaan negatif sejak dini. Baiklah, ini adalah fase selanjutnya. Mulai mencari jalan keluar :) dengan gembira. Maka, saya mengajak