Posts

Showing posts from March, 2019

Merawat Peduli

Image
 - Refleksi Obrolan Tikar Sabtu lalu di Komunitas Belajar Alternatif Green Meadow - Refleksi Obrolan Tikar Sabtu lalu di Komunitas Belajar Alternatif Green Meadow                                    Bagian menarik dari obrolan ngalor ngidul Sabtu kemarin--yang temanya adalah tentang bagaimana mendampingi anak-anak yang belum terlalu suka membaca--adalah lirikan mata anak laki-lakinya anak Bu Dosen yang dibicarakan sepanjang obrolan. Juga bagaimana sang ibu merespon reaksi-reaksi anaknya sepanjang pembicaraan. Waktu Sang anak menunjukkan cerita yang baru ditulisnya, sang ibu mengambil jeda di depan para peserta ngobrol untuk memberikan apresiasi. Tapi di lain kesempatan saat si anak minta sang ibu untuk duduk di suatu spot bersamanya, sang ibu dengan tegas mengingatkan bahwa ia tidak bisa memenuhi keinginannya karena ibunya harus menemani peserta berbincang. . . Begitulah sang ibu menceritakan perjuangannya menumbuhkan kecintaan membaca pada Alex, anak laki-lakinya

REVISI

Image
Karena sedang musim revisi, upload foto ini biar semangat 😂 😂 . . Revisi adalah proses yang krusial di antara serentetan proses pembuatan buku a la room to read. Dan dalam proses ini editor dituntut menjadi jeli, kritis, kreatif untuk melihat "lubang-lubang" dari draft naskah ide awal penulis. Namun, editor juga dituntut pintar sehingga saran-saran perubahan yang diusulkannya tidak akan memporak-porandakan jiwa cerita yang sudah dibangun penulis. Pun juga tidak mengubah gaya penulis. . . Untuk proses ini saya sungguh kagum dengan kebisaan Mbak Sofie Dewayani yang mengedit naskah saya. Banyak hal yang lepas dari pemikiran saya selama menyusun naskah berhasil ditangkapnya, tetapi saya merasa jiwa cerita yang saya susun tidak berubah. Wuah keren! Belajar banyak dari situ. Sekarang sedang mengerjakan revisinya dengan semangat walaupun pusing tujuh keliling memikirkan setiap detilnya . . Oh yaaa saya juga pengen bilanggg makasih banyaakk bu Agnes Bemoe yang

Gitar dan Iri Hati

Image
Kemarin sore waktu saya belum pulang, anak-anak membuat gitar-gitaran dari kardus bekas bersama bapaknya George Oscar Ferns (urusan bikin membikin dan prakarya memang jatah bapaknya, karena dia yang lebih jago, kalau saya walah nggunting kertas aja nggak bisa lurus 😂 ). Lihatlah, bagus sekali kan jadinya gitar buatan.mereka. Waktu saya pulang belum berwarna seperti itu. Mereka mewarnai setelah makan malam. Nah, selesai mewarnai tiba-tiba Randu mengambil gunting besar dan gitar-gitaran milik Eda. Eda mulai berteriak-teriak karena Randu mau menggunting bagian atas gitar-gitarannya. Bapaknya dan saya spontan melarang. Tapi makin lama Randu makin ngotot dan Eda makin berteriak. Waduh, ada yang salah ini. Ada yang salah! Segera Randu saya amankan terus diinterogasi. Begini kira-kira prosesnya: Randu mau potong gitar adik? (Angguk sambil nangis) Sudah bilang belum sama adik. sudah minta izin belum? (Geleng) Ya sudah minta izin dulu. (Randu bilang ke Eda dan tentu

Room To Read - Chapter Book Workshop

Image
You have to love your character but then when your character wants something, don't give it to them! Make it difficult, give them hard obstacles and make it worse ~ Deb, in Room to Read writer's workshop Penulis harus punya tabiat yang cukup kejam 😆

JEDA

Image
Roda-roda kereta bergulir bersama detik jarum jam Deretan sawah, pohon, rumah lalu lalang silih berganti seperti penggalan kisah dalam rangkaian film . . Sementara semua itu bergerak dalam padndangan mataku, waktu berhenti untukku Aku bisa diam dan melihat semua yang bergerak di sekelilingku Seorang Ibu yang sedang tayamum Seorang Bapak bertato yang sibuk menelepon sambil hilir mudik Seorang pemuda yang memandangi layar hapenya dengan mulut manyun . . Pemandangan masih bergerak-gerak Mataku menangkap dengan rakus hamparan sawah hijau luas Kumasukkan banyak-banyak dalam kepalaku biar kelak bila ia tak hijau lagi aku bisa menghidupkannya dalam memori dan tulisanku . . Saat ini manusia-manusia juga bergerak Ada yang sedang memandangi hasil tes kehamilannya dan berbahagia Ada yang sedang meratapi keluarganya yang tergolek sakit atau terbujur kaku pertanda waktu telah usai Ada yang sedang memandang hampa pada langit karena patah hati Ada yang sedang kesakitan di ranjang

Pak Yusup

Image
Pak Yusup itu peta berjalan. Jauh sebelum google map ada, tinggal sebutkan aja kamu mau ke mana, dia akan menggumam sebentar sambil melihat peta dengan bahasa yang susah dimengerti oleh orang-orang yang kecerdasan spasialnya rusak parah seperti saya. Tanpa tersesat, tanpa ragu, tanpa.tanya tukang becak Pak Yusup pasti bisa membawamu ke alamat mana pun. Oh ya, Pak Yusup ini juga seperti katalog berjalan. Tanyakam saja bagaimana kabar si A dan si W atau Z denngan la ncar ia akan menceritakannya. Ingatannya fotografis.    Pak Yusup sudah pensiun beberapa.waktu lalu, karena memanh sudah lama Pak Yusup sakit kencing manis. Terakhir kali bertemu glukoma sudah menyerang kedua matanya, sehingga ia hampir kehilangan penglihatannya secara menyeluruh. Tak lama dengar kabar kalau Pak Yusup sempat koma di ICU. Ternyata serangan jantung plus gagal ginjal. Tapi waktu kemarin kami berkunjung ke rumahnya, Pak Yusup tampak segar. Pak Yusup bercerita tentang perjalanan-perjalanan

Picture Perfect

Image
Yang duduk di tengah itu adik kandung Papaku. Tahun ini ia akan berumur 70 tahun. Sepanjang hidupnya terhitung beberapa kali serangan jantung ringan dan stroke yang sudah pernah dialaminya. Tapi toh sampai hari ini asap rokok masih jadi temannya 😊 . . Karena kakak laki-laki dan adik laki-lakinya sudah meninggal dunia sebelum anak-anak mereka menikah, maka secara resmi ia telah jadi wali nikah ketiga keponakan perempuannya, dua saudara sepupuku dan aku. Sebagai informasi, ia tidak menikah. . . Betapa hebatnya Tuhan ya, siapa sangka anak tengah yang tidak menikah ini akan menyaksikan perkawinan ketiga keponakan perempuannya di bangku orang tua. . . Gambar ini diambil oleh Mbak Yun, yang sudah bekerja di keluarga ini sejak aku masih kecil. Sejak ia masih lajang sampai beranak satu. Mbak Yun tak pandai mengambil gambar, dengan kaku memegang hape ketika mengambil gambar, lalu tak sengaja memencet tombol waktu kami belum siap pasang wajah gembira memandang kamera. .

R.a.p.u.h

Image
Teriak pucuk daun pada langit, "Kabut menyingkirlah, aku tak dapat melihat puncak gunung kesayanganku!" . . Kabut tipis bergerak turun seperti hendak patuh pada pucuk daun yang muda. Pucuk daun bergoyang harap-harap cemas. . . Sebaris kabut baru ternyata singgah di atas kabut tipis yang bergerak turun. Pucuk daun berhenti bergoyang dan berteriak makin nyaring, "Kabut menyingkirlah. Aku tak bisa melihat puncak gunung kesayanganku!" . . Dua lapis kabut bergerak turun seperti manusia berbudi baik hendak memberi kelegaan pada sejawat. . . Namun hawa makin dingin sehingga datanglah barisan-barisan kabut baru berdesakan. Pucuk daun bergoyang kuat makin gelisah. "Oh, kumohon pergilah kabut. Aku harus melihat puncak gunung kesayanganku!" . . Hawa makin dingin menggigit membuat pucuk daun menggigil. Barisan-barisan kabut yang kian pekat datang tak kenal ampun bahkan menutup seluruh badan gunung. Pucuk daun menjerit, menangis sampai sesen

Lembata

Image
Lembata Kapan hari sempat dengar cerita tentang anak-anak di Lembata dari Chee Nardi Liman . Tentang permainan-permainan yang mereka mainkan di waktu kecil, tentang keadaan desanya, tentang listrik yang baru masuk ketika ia duduk di kelas 4 atau 5 SD, saat itu sudah tahun 2005. Tentang keadaan jalan yang rusak, tentang angkutan umum yang sekedar truk diberi tenda dan bangku sederhana di dalamnya, tentang pohon-pohon kemiri yang ditanam di banyak kebun warga. Tentang buku yang hanya bisa dibeli di ibu kota kabupaten. Dan tentang tradisi berburu ikan paus yang legendaris itu beserta tradisi dan ritualnya yang kadang bisa bikin bingung filsuf-filsuf. Aah...dia dan aku sama-sama warga negara Indonesia. Sedari kecil aku menikmati listrik. Lilin, lampu teplok itu hanya dipakai saat listrik padam. Petromax itu hanya aku kenal dipakai pedagang-pedagang martabak untuk menerangi gerobak mereka, bukan untuk penerangan acara-acara kampung yang diadakan malam hari. Dan walaupun

Simple Miracles Ayu Utami

Image
Saya memang sudah jatuh cinta pada ayu utami @bilangan.fu sejak Saman. Waktu itu saya masih SMA dan mendengar desas desus melalui majalah dan televisi kalau ada buku best seller sedang beredar di toko buku. Bukunya sudah terjual ribuan eksemplar, sudah diterjemahkan ke beberapa bahasa, begitu menurut ingatan saya. Kisah cinta lebih menguasai pikiran saya dibanding perkara-perkara politik yang kental menwarnai ceritanya. Beberapa "cerita" dari kitab suci yang dibikin vulgar me mbuat saya yang masih remaja dan meledak-ledak berdecak kagum. Saman saya baca beberapa kali pada usia yang berbeda, dan saya mempunya kesan yang berbeda dan lebih mendalam setiap kali selesai membacanya. . . Bagaimanapun saya tumbuh dan mungkin akan menua dengan tulisan-tulisan ayu utami. Waktu sudah berkeluarga dan punya anak saya sudah membaca novel-novelnya yang lain, seperti Larung dan Maya. Lalu seorang teman meminjamkan Enrico yang berbuntut dengan saya membeli Eks Parasit Lajang.

Ndilalah

Image
dilalah e ndilalah kok waktunya bertepatan Di tengah ingar bingar intoleransi di kota ini ndilalah e ndilalah pas hari ini kami belajar bersama anak-anak usia 4-10 tahun dari seputaran Jogja tentang keberagaman. Kegiatan ini sudah kami rencanakan jauh hari. Anak-anak hari ini bersama-sama membuat Majalah Keberagaman. Dalam kelompok kecil anak-anak saling mengamati teman, mencoba mencari persamaan/perbedaan/keunikan fisik. Cari punya cari ternyata tak ada satu anak pun yang ciri fisiknya sama. Pencarian berlanjut, anak-anak berbagi cerita tentamg orang-orang yang tinggal.bersama mereka. Ada anak yang tinggal dengan keluarga inti saja, ada pula anak yang tinggal dengan keluarga besar, termasuk kakek, nenek, bulik, bu dhe, pak dhe, pak lik, om, tante. Tak ada satu keluarga pun yang sama keadaannya. Pendamping juga bercerita kalau ada pula anak-anak yang hanya tinggal.dengan satu oeang tua, atau dengan kakek nenek saja, atau bahkan di panti asuhan karena keadaan mereka

Batu Besar Kokoh

Image
Sebongkah batu besar kokoh bermegah di atas tanah basah Bisiknya, "Kupikir akulah yang terkuat." Tanah mengirimkan sentuhan lembut, "Dulu aku juga berpikir begitu, Kawan." . . Batu kokoh mendengus lalu menatap langit luas. Langit luas yang terik, langit luas yang kadang hujan. "Bahkan hujan dan terik matahari tak akan menggoyahkanku," pikirnya mantap. Bisik tanah, "Aku pun dulu suka berpikir begitu." Batu kokoh tak percaya, "Bagaimana mungkin kau tahu apa yang sedang kupikirkan." Tanah basah memeluknya. Batu kokoh risih. . . Lalu terik, lalu hujan, lalu terik, lalu hujan, kadang badai, manusia lahir, manusia mati, teknologi diciptakan, teknologi musnah, presiden berganti, budaya bergerak, buku-buku ditulis dan diwariskan, cuaca berubah, lumut tumbuh di atas batu kokoh . . Batu kokoh menatap langit luas. Kenapa langit luas tampak lebih jauh dari biasanya? Lalu didengarnya suara tanah amat sangat dekat, "Sekarang kau mungkin