Gitar dan Iri Hati


Kemarin sore waktu saya belum pulang, anak-anak membuat gitar-gitaran dari kardus bekas bersama bapaknya George Oscar Ferns(urusan bikin membikin dan prakarya memang jatah bapaknya, karena dia yang lebih jago, kalau saya walah nggunting kertas aja nggak bisa lurus😂).
Lihatlah, bagus sekali kan jadinya gitar buatan.mereka. Waktu saya pulang belum berwarna seperti itu. Mereka mewarnai setelah makan malam.

Nah, selesai mewarnai tiba-tiba Randu mengambil gunting besar dan gitar-gitaran milik Eda. Eda mulai berteriak-teriak karena Randu mau menggunting bagian atas gitar-gitarannya. Bapaknya dan saya spontan melarang. Tapi makin lama Randu makin ngotot dan Eda makin berteriak. Waduh, ada yang salah ini. Ada yang salah!

Segera Randu saya amankan terus diinterogasi. Begini kira-kira prosesnya:
Randu mau potong gitar adik? (Angguk sambil nangis)
Sudah bilang belum sama adik. sudah minta izin belum?
(Geleng)
Ya sudah minta izin dulu.
(Randu bilang ke Eda dan tentu saja ditolak mentah-mentah)
Obrolan dilanjutkan
Tujuannya apa mau motong itu?
(Supaya sama)
Hee, supaya sama tingginya atau bentuknya?
(Tingginya)
Oooooo.... yayaya. Saya mulai melihat arah pembicaraan ini.
Lanjut.
Hmmm... jadi Randu iri kalau gitar adik lebih tinggi?
(Sambil nangis campur ketawa dan tersipu malu dia mengangguk)
Ooooo...jadi kalau iri terus boleh jadi jahat terus boleh motong gitar adik tanpa bilang terus nanti adik.sedih?
(Nangis gulung-gulung)

Nah, itu di dalam kepalamu ada suara yang bilang - potong, potong, potong. Kamu mendengarkan suara itu, terua jadi "jahat". Padahal di dalam kepalamu ada suara satunya "nggak usah, gini aja sudah bagus, nanti adik sedih lo" , tapi kamu nggak mendengarkan itu, karena rasa iri itu sudah menguasai kepalamu.
(Masih nangis sambil sesekali tertawa karena saya memperagakan bagaimana suara hati bercakap-cakap dan berseteru)

Lalu sejenak saya tertegun, betapa rasa iri hati yang menguasai seseorang bisa membuatnya melakukan tindakan-tindakan.yang sangat buruk. Bayangkan jika ini terjadi pada orang dewasa, bukankan hal-hal yang sangat sangat buruk sangat mungkin terjadi? Ini baru rasa iri saja, belum lagi rasa yang lain, seperti kecewa, marah, takut, dendam. Bagaimana kalau orang tidak terbiasa belajar menerima, memaafkan, dan mengasihi sejak kecil? Apa prioritas pendidikan di rumah dan sekolah? Hal pengelolaan emosi yang dibarengi dengan pendampongan spiritualitas termasuk prioritas kan?
Lalu beberapa saat kemudian Randu masih terbelenggu rasa irinya dan masih ingin memotong gitar adik walaupun saya dan bapaknya sudah menunjukkan bahwa model.kedua gitar itu berbeda dan gitar yang lebih tinggi tidak selalu lebih keren. Maka dengan tegas kami katakan kalau tidak ada yang boleh memotong gitar siapapun. Dan akhirnya dia menyerah, berproses menerima dan "mengalahkan" dirinya sendiri.

Really, yourself is your biggest enemy 😎😎
Lalu, segala karut marut iri hati tadi malam kami tutup dengan nonton.lagi film inside out. Kali ini sepertinya mereka bisa lebih memahami jalan ceritanya.
mas Ginanjar Teguh Iman, kejadian seperti ini adalah salah satu indikasi bahwa saya segera memerlukan diary itu (dan rasa iri belum ada di seri 1 😂😂, gimana kalau kita lanjut ke seri 2)

Comments

Popular posts from this blog

Kasih Tuhan di km 63

Telinga

Lintang