In Memoriam Eyang Sidhi
Suatu hari waktu Eda ada dalam gendonganku saat kami menunggu taksi yang akan mengantar kami ke rumah dokter, Eyang Sidhi melintas lalu menghampiri kami. "Kenapa?" katanya. "Panas, Pak," jawabku. Lalu Eyang Sidhi memijat Eda. Eda diam saja. Sepertinya rasanya enak. Eyang Sidhi tersenyum. " Nanti sembuh," katanya. Jauh sebelum Eda bahkan Randu lahir, Eyang Sidhi juga memijat kaki Mama. Pijat refleksi. Sembari memijat Eyang Sidhi bercerita kalau ia sudah menyiapkan satu stel baju di lemarinya. Baju itu adalah baju yang akan dipakainya nanti di peti mati. " Saya tu rindu, mau bertemu Tuhan Yesus. Seperti apa ya?" Dengan senyum lebar yang menunjukkan giginya yang ompong ia bertutur. Eyang Sidhi tidak pernah menarik bayaran untuk memijat. Ia melakukannya untuk pelayanan. Eyang Sidhi juga rajin melayani umat , memijat refleksi si gereja. Eyang Sidhi sering berkata, " Tuhan itu sudah sediakan semua obat-obat untuk orang sa