Tentang Agama Ayah Saya
Selama lebih dari tiga perempat waktu hidupnya Ayah saya tidak beragama. Dia bersekolah di sekolah Katolik, dia tahu cara berdoa dan tata cara beribadah secara Katolik. Dia juga hidup di tengah budaya Tionghoa yang masih kental, maka tradisi sembayang di klenteng pun dia tahu. Ketika akhirnya dia menikah dengan Ibu saya, mereka menikah secara Katolik di gereja. Selama lebih dari tiga perempat waktu hidupnya Ayah saya tidak beragama. Pun setelah dia menikah di depan altar di gereja. Pada usia 40-an Ayah saya sangat tertarik dengan ajaran Islam. Dia punya satu Al-quran terjemahan. Dia paling suka membaca surat Annisa. Entah mengapa, saya tak tahu, karena saya belum pernah ikut membaca. Dia senang berdiskusi dengan rekan-rekan kerjanya di Puskesmas tentang Islam. Saya pun senang mendengarkan diskus-diskusi itu. Ada Bapak tua yang pintar bercerita. Beliau suka menceritakan kisah-kisah yang dikenal dalam Islam, sayangnya saya tak mampu lagi mengingatnya, waktu itu saya