Tuhan Apa Agama-Mu?


Seorang anak kecil bangun dari tidurnya di atas kasur serupa awan. Ia menoleh ke sana ke mari mencari Ibu Bapaknya.

Sejenak sebelum butiran air matanya yang pertama menetes, serombongan kupu-kupu perak terbang menghampirinya. Pendar-pendar sayap kupu-kupu yang indah membuatnya urung menangis. Kupu-kupu perak terbang kian kemari. Anak kecil beranjak turun dari kasur awannya. Mengejar kupu-kupu. Jauh ia berlari sampai ke ujung cakrawala yang tak berbatas sampai ia menubruk seseorang. Ya, sepertinya itu seseorang. Atau sesuatu. 

Rasanya seperti dipeluk, "Selamat datang, Nak. Betapa aku merindukanmu." Ah, ini dia Bapakku. Ah, bukan, bukan ini terasa seperti ibuku, denyutnya terasa seperti helaan napas Ibuku ketika aku menyusu pada buah dadanya. Ia seperti memeluknya erat.

"Ayo kita pulang," kataNya. Anak kecil itu terayun-ayun maju. Ah, maju atau naik, ya. Tak soal, ini asyik sekali seperti main ayunan dan perosotan.

"Maaf, ya, Nak. Kau harus pulang cepat-cepat," kataNya dalam perjalan. Anak kecil itu tertawa gembira. Sibuk berayun maju. Ah, ini maju atau naik, ya. Tak mengapa, ini asyik.
Tapi setengah perjalanan ia mulai bosan berayun dan meluncur. Ia mengapung saja mengikuti aliran yang membawanya entah naik atau maju. Tiba-tiba suara ledakan terdengar gempita pada pendengarannya, lalu ia tersentak. Anak kecil itu tak lagi belia, ia sudah gadis di setengah perjalanan menuju pulang.

Ia bertanya pada Sang pembawa aliran, "Tuhan, apa agamaMu?" JawabNya, "Apakah itu sangat penting?" Jawab gadis itu tersipu malu, "Tidak." Mereka sudah sampai di pintu gerbang rumah abadi.

#May your soul Rest in Peace Intan Olivia Marbun. May God showers your parents with abundance of forgiveness and peace. May tolerance wakes up from its dream soon.

Comments

Popular posts from this blog

Kasih Tuhan di km 63

Telinga

Lintang