Posts

Showing posts from 2016

Bukan Langit Biru

Aku kepul asap pekat Aku derit roda besi yang beradu rel Aku bukan langit biru Bukan pula semak belukar Aku mungkin peluh masinis dalam lokomotif Atau desah resah seorang penumpang Pasti, aku bukan langit biru Apalagi bunga yang mekar Bisa jadi aku gurauan dua anak kecil dalam gerbong Atau umpat pedas seorang asing pada pelayan berseragam Tentu kau mengerti, aku bukan langit biru Bukan pula sinar yang berpendar Inginkah kau bertemu denganku? "Ya," kau bilang. "Berhentilah menatap langit biru," kataku. Jogja, 11 Desember 2016

Surat Cinta Buat Eda

Aku cemas dari waktu ke waktu Waktu berat badanmu tidak sesuai dengan umurmu Waktu kamu tidak mau banyak makan Waktu kamu dirawat di rumah sakit Aku cemas dari waktu ke waktu Ah, bukan, aku tak hanya cemas Orang-orang menyebutnya post partum depression "Karena aku begitu mencintaimu?" Tanyaku dalam hati. "Tidak," kataku sendiri. Aku cemas karena aku takut terluka. Post partum depression mampir karena aku ingin disebut ibu yang super. Aku kira aku begitu mencintaimu, tapi maaf, Nak, aku lebih mencintai diriku sendiri. Tapi kamu mencintaiku tanpa syarat Kamu tertidur pulas dalam pelukanku yang berjiwa rapuh ini Kamu percaya padaku sepenuhnya Kamu mencintaiku waktu aku tertawa, atau marah atau menangis Kamu mencintaiku saat aku sehat maupun sakit Kamu selalu menanti-nanti waktu bermain denganku walaupun tak jarang aku menundanya karena aku terlalu asyik bekerja Kamu, Nak, yang selalu mencintaiku tanpa syarat. Air mataku kutumpahkan untuk mer

Mamaku

Kata Mamaku, waktu beberapa orang dari kantor tempat aku pernah bekerja bahwa aku mengalami kecelakaan yang cukup serius di sebuah jalan tol di Jakarta, ia tidak bisa tidur. Ia berulang kali mengatur baju-bajuku dan baju-bajunya yang akan dibawa ke Karawang menjengukku keesokan harinya, sambil menelepon sepupuku. Itu terjadi pada tahun 2007. Lalu selama setahun kemudian aku dan Mamaku suka berjalan-jalan ke mall atau sekedar cari makan saat kami jenuh di rumah. Mamaku yang mendorong kursi rodaku.  Hanya sekali aku melihat Mamaku meneteskan air mata saat Papaku dirawat di rumah sakit menjelang akhir hidupnya. Katanya, "Leukemia katanya." Setelah itu dia sibuk mencuci pakaian, sibuk merawat Papa yang terbaring di rumah sakit. Sibuk mencarikan Romo atau biarawan untuk mendoakannya. Sekaligus sibuk mencarikan obat untukku yang sakit maag saking stresnya. Papa yang waktu itu sudah kesulitan bicara suka mengacungkan jempolnya pada Mama. "Mama itu hebat,&quo

Celetukan Randu

Image
---Celetukan Randu 1---- Pulang dari beli baju yang lumayan mereggangkan otot-otot kemarin Aku : (bilang sama Emak) Wah, pancen kurang gerak kok aku ini Randu: (tiba-tiba nimbrung) Makanya, olah raga! Kayak Om Iwan itu! Aku n Emak: Nyahahahahahahaha "Sial," batinku 😄 😄 😄 ---Celetukan Randu 2 --- Seperti biasa tidak ada angin tidak ada hujan, sekonyong-konyong Randu menyatakan pendapat. Randu: Mama, gigiku ini ijo, lo. Pas ada Emak juga di situ. Emak pasang ekspresi kebingungan. Aku mencoba menjelaskan. Aku: Itu lo, gigine ada sing ijo memang, kayak bolong gitu tapi warnane ijo. Emak manggut-manggut. Randu: Ini berarti aku kebanyakan makan sayur! Aku n Emak: HAH!!!! APA! Wkwkwkwkkwkwkw. Alasaaaannnn!!! Randu senyam senyum terus ngeloyor pergi.

Burung yang Tidak Bisa Terbang

Jadi ceritanya Eda lagi mainan burung dan pesawat kertas bersama Randu. Entah apa yang mereka rembug, tiba-tiba Eda bilang, "Sik tak tanya Mama, sik." Eda tanya, "Mama, burung bisa terbang ndak?" "Bisa," aku bilang. "Kakak, kata Mama burung bisa terbang." "Nggak, nggak bisa, yo. Burung nggak bisa terbang." Mama sama Emak melongo. Kok bisa dapat kesimpulan aneh seperti itu. "Nggak bisa, yo, burung nggak bisa terbang. Kan burung dimasak." Eda senyam senyum. Mama sama Emak masih melongo. Sayang Bapak George Oscar Ferns lagi mandi jadi ga dengar pembicaraan ini. Emak tanya, " Burung apa itu?" "Itu burung ayam namanya," Randu bilang dengan sangat yakin. Huahahahaha baiklah baiklah ayam termasuk bangsa Aves. Tidak bisa terbang terlalu tinggi, apalagi kalo sudah dimasak wkwkwkwkwkwk

Tanya Kertas pada Pena

Kata kertas pada pena, "Sudah lama kau tak menyapaku." Pena mengangguk. Tanya kertas tak bergaris, "Tak inginkah kau menggoreskan satu dua kata saja?" Pena menggeleng. "Kenapa kau begitu pendiam akhir-akhir ini?" desak kertas. Pena mendesah. "Ahh, tak tahukah aku rindu sentuhan tintamu?" rengek kertas pada pena. Pena tersenyum. Pena mendekat pada kertas. Dengan tinta birunya ia mulai menulis. Manusia menulis. Manusia bicara. Ada lantun sopan. Ada serapah. Ada puja puji. Ada caci maki. Ada gunjingan. Ada pengetahuan. Ada fitnah. Ada kebenaran. Ada kedurhakaan. Ada indah. Ada busuk. Campur aduk. Makin tercampur makin teraduk. Makin tak bernyawa, makin tak bermakna. Kertas mengaduh. Pena berhenti menulis. "Kenapa?" Tanya pena pada kertas. "Tinta birumu menyakitiku dengan kata-kata tak bermakna itu," erangnya. Pena menjauh. "Sekarang kau tahu jawabnya. Ada kalanya aku harus berhenti menyentuhmu den

Tentang Agama Ayah Saya

Selama lebih dari tiga perempat waktu hidupnya Ayah saya tidak beragama. Dia bersekolah di sekolah Katolik, dia tahu cara berdoa dan tata cara beribadah secara Katolik. Dia juga hidup di tengah budaya Tionghoa yang masih kental, maka tradisi sembayang di klenteng pun dia tahu. Ketika akhirnya dia menikah dengan Ibu saya, mereka menikah secara Katolik di gereja. Selama lebih dari tiga perempat waktu hidupnya Ayah saya tidak beragama. Pun setelah dia menikah di depan altar di gereja. Pada usia 40-an Ayah saya sangat tertarik dengan ajaran Islam. Dia punya satu Al-quran terjemahan. Dia paling suka membaca surat Annisa. Entah mengapa, saya tak tahu, karena saya belum pernah ikut membaca. Dia senang berdiskusi dengan rekan-rekan kerjanya di Puskesmas tentang Islam. Saya pun senang mendengarkan diskus-diskusi itu. Ada Bapak tua yang pintar bercerita. Beliau suka menceritakan kisah-kisah yang dikenal dalam Islam, sayangnya saya tak mampu lagi mengingatnya, waktu itu saya

Tuhan Apa Agama-Mu?

Seorang anak kecil bangun dari tidurnya di atas kasur serupa awan. Ia menoleh ke sana ke mari mencari Ibu Bapaknya. Sejenak sebelum butiran air matanya yang pertama menetes, serombongan kupu-kupu perak terbang menghampirinya. Pendar-pendar sayap kupu-kupu yang indah membuatnya urung menangis. Kupu-kupu perak terbang kian kemari. Anak kecil beranjak turun dari kasur awannya. Mengejar kupu-kupu. Jauh ia berlari sampai ke ujung cakrawala yang tak berbatas s ampai ia menubruk seseorang. Ya, sepertinya itu seseorang. Atau sesuatu.  Rasanya seperti dipeluk, "Selamat datang, Nak. Betapa aku merindukanmu." Ah, ini dia Bapakku. Ah, bukan, bukan ini terasa seperti ibuku, denyutnya terasa seperti helaan napas Ibuku ketika aku menyusu pada buah dadanya. Ia seperti memeluknya erat. "Ayo kita pulang," kataNya. Anak kecil itu terayun-ayun maju. Ah, maju atau naik, ya. Tak soal, ini asyik sekali seperti main ayunan dan perosotan. "Maaf, ya, Nak. Kau h

Ini Bukan Tentang Agama

Orang cerdik pandai belajar, menelaah,menafsirkan, berlogika, mendiskusikan, memperdebatkan tentang Sang Pencipta. Sebagian menemukan kedamaian, sebagian menjadi panutan keimanan, sebagian menemukan kekecewaan, sebagian menemukan perselisihan, sebagian masih terus mencari, Orang yang daya pikirnya terbatas dengan sederhana menerima keyakinan, memupuk iman, dengan mudah menemukan kedamaian dan keselamata. Tuhan memang maha adil # pasmandipagi ada pikiran lewat... ditulis wae...

Profesi Tuhan

Anak-anak tumbuh dan berkembang jadi dewasa hanya untuk belajar menyadari bagaimana caranya jadi anak-anak Mau tau profesi Tuhan? Tuhan itu pasti Guru

Tips Bercerita "Duper Tikus Gemuk Bermata Jeli"

Image
Waktu menulis Duper "Tikus Gemuk Bermata Jeli" aku membayangkan anak-anak yang belum bisa baca dapat terlibat dalam cerita ketika didongengi. Ternyata, Indra Bayu, ilustrator buku ini berhasil mewujudkan bayanganku itu jadi kenyataan. Yey!  Hampir di setiap halaman, sementara didongengi, anak bisa asyik mencari Duper kecil yang "tersembunyi" di antara tokoh dan suasana cerita. Walhasil, bukan hanya Duper yang  bermata jeli, tapi semua anak yang membacanya bisa ikut berlatih menjadi anak yang bermata jeli! Jadi, ibu-ibu, bapak-bapak, guru-guru, para pengasuh atau siapa saja yang mau mendongengkan Duper "Tikus Gemuk Bermata Jeli" ingat ingat yaaa! Libatkan anak untuk mencari Duper. Bantu mereka untuk menjadi jeli! Have fun! Ayo cari Duper-nya! :) Well done, Indra Bayu! :) 

MamaLia

Randu: Mama, ikan paus itu nggak bertelur ya? Mama: Nggak. Ikan paus itu melahirkan, kayak orang. Randu: Kenapa kok nggak bertelur? Mama: Yaa, karena ikan paus itu termasuk mammalia. Randu: ( manggut-manggut ) Oooo, Mammalia, kayak Mama ini (sambil nunjuk-nunjuk saya) Mama: (bengong sebentar, terus sadar) Nyahahahaahaha bukannn bukannnnn... bukan kayak Mama iniiii wkwkwk.. kalo Mama namnya memang Lia jadi Mama Lia.. tapi ini jenis-jenis makhluk hidup.. ada mammalia, reptil.. dll.. bla bla bla Randu: ( senyam senyum )

Ransel, Sulur, dan Duri

Kupanggul ransel harapan Kudongakkan kepala sampai marah entah pongah Melangkah tergesa, memburu bahagia "Sial!" Umpatku kesal Bahagia tak terkejar Kuhempaskan saja ransel harapan di pinggir jalan "Berat!" Gerutuku Terengah berlari mengejar bahagia "Taik!" Teriakku Bahagia sekarang punya sayap Mendadak kakiku ditumbuhi sulur-sulur keputusasaan "Aaahhh!" Jeritku Belenggu sulur lebih kuat dari borgol berkancing Padanya tumbuh duri-duri kecemasan yang menusuk-nusuk seluruh badan jiwaku Aku meronta dengan daya penyangkalan yang paling kuat Belenggu sulur jadi makin erat Bahagia kian pekat tak terlihat Sampai hari ke empat ratus lima puluh aku memutuskan berhenti meronta membebaskan diri dari sulur dan duri "Cukup," bisikku lemah, "Ini akhir perjalananku mencari bahagia." Aku tertidur bersama sulur dan duri Makan bersama mereka Mandi bersama mereka Aku menyerah, biarlah badan jiwaku hidup bersama sulur d

Randu dan Kuping

Suatu siang di kamar. Randu sedang membolak-balik buku cerita di depan rak. Bu de sedang melamun. Mama sedang melipat selimut. Randu: bu de yanti (ga ada angin ga ada ujan tiba2 manggil) Bu de: (masih melamun) Mama: (masih melipat selimut) Randu: bu de kupingmya sakit po? Bu de: (berhenti melamun) Mama: (berhenti melipat selimut) Bu de dan Mama berpandang-pandangan sebentar lalu: WUAKAKAKAKAKAKAK Randu: (senyam senyum terus pergi)  Beberapa saat kemudian. Mama kerja di depan lap top. Randu menggambar di lantai. Bu de mondar mandir dapur kamar setrikaan. Mama: Randu (manggil) Randu: (asyik nggambar) Mama: Randu (manggil lagi) Randu: (cuek) Mama: Randu, kupingnya sakit ya? Bu de: (kebetulan lewat dekat tempat randu nggambar) Hahahahaha senjata makan tuan! Mama&Emak: nyahahahahahaha Randu: Apa sihhh? Wkwkwkw (sambil salah tingkah)

Conversation with Eda

Percakapan ini terjadi di gereja. Eda: Mama, ini kok berdoa? Mama: Iya Eda: Biar apa? Mama: Ya, biar sayang sama Tuhan Eda: Tuhannya mana? Mama: Tuhannya nggak kelihatan Eda: Tapi kok ada patungnya Mama: iya itu cuma patung aja Eda:(pergi begitu saja main sama Randu) Huwaaaaaaaa angel bangettt pertanyaan-pertanyaanmuu Daaaaa

Anak-anak Istimewa

Sering kali aku teringat dan sangat merindukan Edo, Joey, Wira, Hanif, Ela, Kukuh, Hamzah, Yani, Buce, Yobis, Anto, Gian, Yayang, Marista, Haris, Candra. Mereka adalah guru-guru istimewa pertamaku. Sebagian besar dari mereka adalah anak-anak dengan spektrum autisme dengan tingkat autisme yang beragam. Namun ada pula anak-anak dengan kebutuhan khusus lainnya. Yani adalah seorang anak yang lahir dengan kelumpuhan otak (cerebral palsy). Pernah suatu kali, Yani sakit, kira-kira satu minggu tidak masuk sekolah. Rupanya, selama satu minggu itu Yani berkali-kali mengalami kejang. Ketika akhirnya Yani masuk sekolah lagi, ia tak bisa lagi berjalan. Namun Yani tak pernah patah semangat, dalam kurun waktu kira-kira 2 minggu ia sudah mulai bisa berjalan lagi. Yayang belajar warna merah selama 1 bulan, warna biru selama 1 bulan, lalu melupakan semuanya dalam 1 hari. Telingaku pernah digigit Haris sampai membiru, karena Haris masih butuh banyak latihan untuk mengendalikan diriny

Kejujuran dari Papah

Lia kecil (saya), waktu kitu berumur kira-kira 6 tahun. Kadang-kadang suka mencuri dengar pembicaraan Papah dan pasiennya melalui daun pintu kamar prakteknya. Pagi itu, seorang ibu datang menemui Papah saya di kamar prakteknya di rumah dinas kami yang kecil. Kira-kira pk. 06.00 pagi, sebelum jam kerja Papah saya di Puskesmas dimulai dan sebelum saya diantar ke sekolah.Lia kecil yang penasaran menempelkan kupingnya di daun pintu. Ibu itu kira-kira bilang begini, "Dok, minta tolong dibuatkan surat izin tidak masuk sekolah untuk anak saya, alasannya ...bla bla bla (saya tidak terlalu jelas mendengarnya, yang pasti si anak tidak benar-benar sakit)." Segera Papah saya menjawab, " Mboten saget , Bu. Itu namanya berbohong. Sebagai dokter saya tidak bisa memberikan itu, bla bla bla." Papah saya terus "menguliahi" ibu itu tentang membuat surat keterangan palsu. Pada akhirnya ibu itu pulang tanpa membawa surat izin sakit yang diinginkannya.

Main tank-tank-an

Image
Mainan ini sering dimainkan anak-anak era 80-an. Entah siapa yang pertama kali mengajarkan permainan ini, yang jelas getok tular di sekolah tak dapat dihindari. Walaupun berbeda versi saya rasa hampir semua anak dari era 80-an mengenal permainan ini. Ini versi masa kecil Bapaknya Randu dan Eda. Namanya Tank-tank-an. Jadi, pemilik area tank sebelah kiri harus menembak tank milik musuhnya di sisi satunya. Cara menembaknya itulah yang membuat mainan ini jadi asyik. Dengan menggambar bulatan kecil yang pas dengan tank yang mau ditembak. Randu tampak menikmati permainan ini. Keasyikan permainan ini lumayan bisa mengalahkan asyiknya main angry bird di gadget! :D

Hari Pertama Adik ke Sekolah

Ada kabut tipis menggantung di langit pagi tadi Titik embun menempel, bergantung di dedaunan Titik embun yang suka dimainkan Lia kecil bersama temannya Lin di halaman Taman Kanak-Kanak mereka di selasar kabupaten Mereka suka melukis dengan titik embun di punggung tangan Suatu saat menggambar matahari, suatu saat menggambar ulat Tadi, titik embun di atas daun-daun serai di pagi yang berkabut menggelitik pembuluh-pembuluh memoriku Geli, nyeri, hangat, dingin Bersama aliran kenangan di pembuluh-pembuluh memoriku, anak-anakku sedang menapaki langkah kecil mereka berkenalan dengan dunia Saluran cerna memori mereka sedang meramu kenangan, semoga titik embun dan pagi yang berkabut menjadi salah satu yang indah di saluran itu Hari ini adik pergi ke sekolah untuk pertama kalinya, tidak menangis, tidak ditunggu, cuma mau dekat-dekat kakak saja Hari ini kakak pergi ke sekolah untuk kesekian kalinya, tapi pagi ini berbeda karena ada adik yang menempel di tangannya. Mungkin karena

Celoteh Eda

Eda sedang bersandar di sofa memandang akuarium yang isinya ikan-ikan koki. Beberapa saat dia memandangi ikan-ikan itu, ia pun bergumam. Gumamannya cukup jelas terdengar oleh saya yang sedang berkutat dengan silabus di depan komputer. "Nggak boleh rebutan, ya. Nggak boleh rebutan, ya. Nggak boleh rebutan, ya." Saya menoleh memastikan gumaman itu bukan khayalan saya. Ternyata bukan, itu beneran.  "Eda," kata saya. "Lagi ngapain,sih?" Eda tersipu malu terus ngeloyor pergi sambil megal megol. wuakakakakak, Eda ki ngopo to janeee... self talking opo fish talking ... lagian itu ikan rebutann apaaa... masak rebutan air, wong yo nggak dikasih makan.. mosok yo rebutan pasangann Jogja, 19 Juli 2016, bersama Eda :*

Bisa

Ketika kamu merasa bisa, besar kemungkinan kamu justru baru sedikit tahu dan belum bisa Waktu kamu merasa belum bisa lalu mencari cara baru, kemungkinan besar saat itu kamu mulai bisa

Mencari Makna

Bergerak Berputar Terhisap arus Terhempas Tercabik Berdiam Lalu diam Dalam sunyi Mencari makna dari bergerak  Jogja, 4 Agustus 2016

Lintang

Beberapa anak kecil berlarian Berputar-putar, ke sana ke mari Cahaya lilin temaram menghiasi ruang tempat mereka berlari berputar Seorang kawan terbaring dalam peti putih kecil berhias wangi bunga Anak-anak digendong bapak-bapaknya, menengok ke dalam peti Seorang anak bertanya, mau di bawa ke manakah kawannya itu? Seorang guru menjawab, akan diantar dia ke tempat istirahatnya Ibu-ibu dan guru-guru menyeka air mata yang berpeluh Selamat jalan, ya, teman kecil Saat ini, ia pasti sudah dalam pelukanNya yang lebih hangat dari ayah ibunya Semoga ayah ibunya segera bosan mengusap air mata mereka dan menggantinya dengan langkah ringan yang penuh harap God , it's not easy to understand this kind of grief and loss Jogja, 7 Agustus 2016

Kelahiran DUPER

Image
DUPER lahir di pojok ruang kantor berhawa sejuk, pada suatu sore yang semilir. Kepala perempuan muda itu dipenuhi oleh kenangan-kenangan masa kecilnya. Buku-buku karangan Enid Blyton yang suka dibacanya. Komik-komik semacam Asterix yang menemani malam-malam menjelang tidurnya. Kisah-kisah pewayangan karya R.A. Kosasih favoritnya, Papanya mendorong dia untuk menyukainya. Ya, dia sangat suka. Cerita "Sepatu Kuning Mungil" yang ada di tengah-tengah Majalah Bobo yang selalu didongengkan Mamanya setiap majalah Bobo itu datang setiap minggunya. Ya, dia sudah jatuh cinta pada buku-buku sejak lama. Dia selalu takjub dan berpikir bagaimana cara para penulis terkenal itu menciptakan cerita yang menarik dan enak dibaca. Sudah lebih dari 25 tahun ia hidup, dan buku adalah salah satu sumber suka citanya. Akankah ia menulis? Seperti penulis-penulis yang dikaguminya itu? Beberapa hari sebelum kelahiran Duper, ia berkesempatan mengikuti workshop ilustrasi. Mujur, ia mendapat undangan u

Orang yang besar

Orang yang besar adalah mereka yang telaten dan tulus melakoni hal-hal kecil Maka jangan merasa besar ketika kamu belum melakukan hal-hal kecil dengan tulus dan setia # inspirasi pagi ini bernama Bu Dhe

Mungkin

Mungkin  Bagaimana seandainya aku tidak pernah merasa takut? Bagaimana seandainha aku tidak pernah merasa marah? Bagaimana seandainya aku tidak pernah berbuat salah? Bagaimana seandainya aku tidak pernah kecewa? Bagaimana seandainya aku tidak pernah sakit? Bagaimana seandainya aku tidak lernah gagal? Mungkin aku sudah mengajukan diri untuk menjadi Tuhan Jogja, 26 Agustus 2016

Muara Kehidupan

Muara Kehidupan  Muara kehidupan adalah Dia... DaripadaNyalah mengalir damai dan suka cita... Bersyukur... Berserah... Berdoa... Berusaha...  Saya sering berusaha, tp tanpa bersyukur, berserah n berdoa semua jd sia2... Sekarang bersyukur dulu, berserah dulu, berdoa dulu, baru berusaha...biar bermakna... Mengingatkan sendiri yg sedang jatuh bangun belajar hidup yg bener ...

Ruang Kelas

Ruang Kelas  Ah, riuhnya kicau suara-suara kecil Uh, tegapnya derap langkah kaki-kaki mungil Oh, rekahnya senyum-senyum tulus Ih, lebarnya seringai-seringai jahil Oh, Esa yang empunya aku Inikah yang Kau mau? Bila ya,akan kulakukan dengan suka penuh Bila tidak, akan kuteteskan peluhku sampai tuntas untuk yakinkanMu itu sungguh aku Ruang kelas selalu membuatku jatuh cinta sampai buta

Main Sekolah-sekolahan

Main Sekolah-Sekolahan Main sekolah-sekolahan sama Randu dan Eda. Randu jadi Pak Guru. Eda jadi murid. Temannya boneka-boneka. Adegan dimulai dengan bernyanyi di lingkaran, tanya jawab tentang kesepakatan, menyebutkan nama-nama hari dan percakapan bebas. Tiba-tiba murid Eda menyeletuk, "Pak Guru, aku suka ikan?" Pak Guru Randu merespon, "Ikan apa, Eda?" Eda menjawab, "Ikan hiu?" Pak Guru Randu bertanya lagi, "Ikan hiunya dikandang nggak?" "Iya," jawab Eda mantap. Saia yang jadi asisten guru, bengong 2 detik, terus wkwkwkwkwkwkwk... percakapan ini cukup aneh! Saia harus komentar apa coba! Jogja, 6 September 2016

Happiness

As time goes by, we are able to define happiness as a simple acceptance, nothing more and nothing less ... permenungan sepanjang hayat

Renungan Sambel Pete

Renungan Sambel Pete Kadang masak dengan bumbu yang sederhana itu terasa lebih nikmat, saat kita bisa merasakan sari-sari dari bahan-bahan dan bumbu-bumbu alami yang tak terlalu banyak campuran. Hmmm.. Itu seperti menjadi orang tua... Kadang-kadang kita boleh mengabaikan seabreak teori yang pernah kita baca atau dengar dan hanya menjadi orang tua saja secara sederhana dengan bekal kasih sayang dan kepekaan terhadap suara hati. Suara hati yang benar, yang hanya bisa dipupuk dengan doa.  ‪  Jogja, 1 Maret 2015