Kejujuran dari Papah

Lia kecil (saya), waktu kitu berumur kira-kira 6 tahun. Kadang-kadang suka mencuri dengar pembicaraan Papah dan pasiennya melalui daun pintu kamar prakteknya.

Pagi itu, seorang ibu datang menemui Papah saya di kamar prakteknya di rumah dinas kami yang kecil. Kira-kira pk. 06.00 pagi, sebelum jam kerja Papah saya di Puskesmas dimulai dan sebelum saya diantar ke sekolah.Lia kecil yang penasaran menempelkan kupingnya di daun pintu.

Ibu itu kira-kira bilang begini, "Dok, minta tolong dibuatkan surat izin tidak masuk sekolah untuk anak saya, alasannya ...bla bla bla (saya tidak terlalu jelas mendengarnya, yang pasti si anak tidak benar-benar sakit)." Segera Papah saya menjawab, "Mboten saget, Bu. Itu namanya berbohong. Sebagai dokter saya tidak bisa memberikan itu, bla bla bla." Papah saya terus "menguliahi" ibu itu tentang membuat surat keterangan palsu. Pada akhirnya ibu itu pulang tanpa membawa surat izin sakit yang diinginkannya.

Begitulah saya belajar tentang kejujuran dan etika profesi dari Papah saya. Sesering saya membaca sumpah dokter dan kode etik profesi kedokteran pada selembar kertas yang dipasangnya di bawah kaca meja prakteknya. Dan saya menyaksikan bahwa dia tidak hanya memasangnya, tapi selalu berusaha mempraktekkannya.

Begitulah saya belajar tentang tanggung jawab moral. Tak sempurna, setidaknya saya pernah belajar dan bersyukur untuk itu.

Raganya tak lagi ada, tapi jiwanya selalu ada...

Papah di surga... hidup dalam aku, setiap saat...

Comments

Popular posts from this blog

Kasih Tuhan di km 63

Telinga

Lintang