Adalah suatu kebahagiaan tersendiri, bagi seorang ibu yang suka membaca kalau anak-anaknya juga suka baca.
Posting ini sederhana saja: Ndongengi adik. gambarnya sudah berbicara
Seperti diunggah di facebook tangal 5 Agustus 2014
Kasih Tuhan di KM 63 Cikampek-Jakarta “Tuhan memang ada di mana-mana, dan Ia begitu baik, sehingga mengizinkan saya melihat wajah-Nya pada wajah sesama saya”, kata Lia dalam hati. Nama saya Lia, 25 tahun. Bekerja di sebuah perusahaan Penerbitan sejak Januari 2006. Selama ini ada banyak hal yang sudah terjadi dalam hidup saya. Tetapi, dari sekian banyak peristiwa dalam hidup saya, belum ada satu pun yang bisa membuka kesadaran dan mematahkan keraguan saya bahwa berpasrah dan beriman itu memang bisa dan seharusnya dilakukan. Maka sungguh saya tidak akan melupakan hari itu: Rabu, 28 Maret 2007. Sudah lebih dari satu tahun saya bekerja di tempat ini. Selama itu juga sudah sekian kali saya bepergian ke luar kota dalam rangka kerja. Tapi kali ini, kepergian saya ke Jakarta yang rencananya hanya satu hari satu malam tidak berjalan sebagaimana biasanya. Kami berangkat berempat. Saya bersama satu orang teman kantor, seorang atasan, dan seorang sopir. Semua berjalan seperti biasa,
Di usianya sekarang (3,5 taun lebih) kayaknya Randu sedang asyik dengan imajinasinya, dengan permainan-permainannya, dengan eksplorasi-eksplorasinya sehingga kadang-kadang (sering kali sebenarnya), suka tidak pasang telinga kalo orang tua bicara. Dan itu adalah situasi yang menjengkelkan! Apalagi kalo kita sudah lebih dari 10 kali memanggil namanya dan dia seperti ada di tempat yang beratus2 kilo meter jauhnya. Makanya kalo Randu lagi kumat "tuli"-nya saia suka jahil: Mama: EHHHH NDUUU LIHAT LIHAT LIHAT di perutmu! ( sambil pasang ekspresi kaget ) Randu: ( keliatan kaget trus bengong) Mama: HIII LIHATTT di perut tumbuh telingaaaaa!!! Randu: ( ngecek perutnya, kebingungan) Mama: IYAAA ituuu lihattt... makanya Randu kalo dipanggil ga bisa dengar ( pasang muka serius ) Randu: ( mulai sadar kalo mamanya lagi eror, mulai cengengesan ) Mama: IYAAA lhoo, tuh liat ( masih ngotot meyakinkan Randu ) Randu: Nggak, ini lho di sini ( pegang kedua kupingnya )
Beberapa anak kecil berlarian Berputar-putar, ke sana ke mari Cahaya lilin temaram menghiasi ruang tempat mereka berlari berputar Seorang kawan terbaring dalam peti putih kecil berhias wangi bunga Anak-anak digendong bapak-bapaknya, menengok ke dalam peti Seorang anak bertanya, mau di bawa ke manakah kawannya itu? Seorang guru menjawab, akan diantar dia ke tempat istirahatnya Ibu-ibu dan guru-guru menyeka air mata yang berpeluh Selamat jalan, ya, teman kecil Saat ini, ia pasti sudah dalam pelukanNya yang lebih hangat dari ayah ibunya Semoga ayah ibunya segera bosan mengusap air mata mereka dan menggantinya dengan langkah ringan yang penuh harap God , it's not easy to understand this kind of grief and loss Jogja, 7 Agustus 2016
Comments
Post a Comment