Batu Besar Kokoh

Sebongkah batu besar kokoh bermegah di atas tanah basah
Bisiknya, "Kupikir akulah yang terkuat." Tanah mengirimkan sentuhan lembut, "Dulu aku juga berpikir begitu, Kawan."
.
.
Batu kokoh mendengus lalu menatap langit luas. Langit luas yang terik, langit luas yang kadang hujan.
"Bahkan hujan dan terik matahari tak akan menggoyahkanku," pikirnya mantap.
Bisik tanah, "Aku pun dulu suka berpikir begitu." Batu kokoh tak percaya, "Bagaimana mungkin kau tahu apa yang sedang kupikirkan." Tanah basah memeluknya. Batu kokoh risih. .
.
Lalu terik, lalu hujan, lalu terik, lalu hujan, kadang badai, manusia lahir, manusia mati, teknologi diciptakan, teknologi musnah, presiden berganti, budaya bergerak, buku-buku ditulis dan diwariskan, cuaca berubah, lumut tumbuh di atas batu kokoh .
.
Batu kokoh menatap langit luas. Kenapa langit luas tampak lebih jauh dari biasanya?
Lalu didengarnya suara tanah amat sangat dekat, "Sekarang kau mungkin tak sekokoh dulu, tapi mulai sekarang mungkin kau akan makin berguna bagi kehidupan." .
.
Lalu geliat biji yang ingin tumbuh menyembul keluar dari dalam tubuhnya. Oh! .
.
Berjalan bersama kawan menjadi manusia yang belajar jadi berguna - I lop u 💓💓💓💓
.

Image may contain: 9 people, including Margarita Riana, Dheanda Restu Jati Sakti and Katarina Gabor Raetsa, people smiling, people sitting and indoor

Comments

Popular posts from this blog

Kasih Tuhan di km 63

Telinga

Lintang