Memikir Ulang Pendidikan

Ketika kita belajar hal baru, pertama kita meniru dan menerapkannya dalam praktik. Lalu kita akan menganalisa hal baru yang kita tiru tersebut, apakah kita setuju sepenuhya atau ada yang tidak sesuai. Dengan itu kita mengevaluasi.

Jika kita sudah sampai pada tahap mengevaluasi maka kita akan mampu menentukan cara baru mana atau ilmu baru mana yang paling sesuai dengan kita. Dengan demikian pada tahap selanjutnya kita sampai pada tahap bisa menciptakan hal baru lain dari hasil pemikiran kita sendiri. 

Contoh sederhana:
Si Z belajar masak dari si A. Z belajar masak sayur asem. Tentu saja menggunakan resep si A. Z meniru resep A, baik dari bahan dan bumbu yang digunakan, alat-alat yang digunakan, maupun cara memasaknya. Si A mengajari, si Z mempraktikkan persis seperti apa yang diajarkan si A.
Hari berikutnya si Z praktik lagi memasak tanpa didampingi si A. Dia sudah memegang resepnya. Ketika dia praktik lagi dia menimbang-nimbang rasa sayur asemnya ketika dia mencicipinya. Menurutnya ada rasa yang kurang mantap dari masakannya ini (menurut resep si A). Ia lalu mencari informasi dari buku dan Internet, tentang resep sayur asem lain dan bahan maupun bumbu lain yang mungkin dimasukkan untuk menyempurnakan rasanya.

Ia menemukan hal menarim dari buku yang dibacanya. Asam kandis ternyata memiliki kualitas rasa asam yang cukup berbeda dari asam jawa yang digunakan si A dalam resepnya. Juga jumlah kemiri yang digunakan terlampai sedikit menurut cita rasanya, karena A tahu kemiri bikin madakan jadi makin gurih. Dan terasi panggang Sidoarjo memiliki rasa yang lebih kuat dibandingkan trasi ABC. Oh, ya dan neneknya bilang, bumbu yang diuleg itu akan memiliki cita rasa yang berbeda dibandingkan bumbu yang diblender.

Maka setelaj menimbang dan mengumpulkan informasi. Menganalisis dan mengevaluasi, si Z memasak lagi sayur asem dengan modifikasi-modifikasinyang dibuatnya sendiri. Ia menciptakan sayur asemnya sendiri. Pada percobaan pertama ia kurang puas, rasanya terlalu asam. pada percobaan kedua ia cukup puas, namun ia masih mencari cita rasa yang paling pas, ada yanf masih harus disesuaikan dari takaran bumbunya.Nah, pada percobaan keempat akhirnya dia merasa puas dengan rasa sayur asemnya, dan dengan percaya diri ia menghidangkannya di meja makan.

Proses belajar itu sama.seperti ilsutrasi di atas. Proses belajar itu bukan prosea yang instan. Belajar itu membutuhkan banyak tahap, percobaan, kegagalan, revisi, mencoba kembali, mencari informasi, membandingkan, menganalisis, mengevaluasi. dan akhirnua menciptakan.
Maka bisa dibayangkan bukan, apa yang akan terjadi kalau kita hanya belajar sampai tahap meniru atau menghafal saja?
Bagaimana menurutmu?

Comments

Popular posts from this blog

Kasih Tuhan di km 63

Telinga

Lintang