Dirgahayu Indonesiaku

 .."Ngkoh Berto bergabung dengan pemuda-pemuda Republik, Pap."

Dengan jantung berdebar-debar, Katharina menunggu reaksi ayahnya. Pikirnya, Pappie pasti marah.

Khoo King Guan tertawa. Celetuknya, "Apa?! Berto bergabung dengan pemuda-pemuda Republik? ... Itu namanya Cina yang punya pendirian. Kittie, lihat pappiemu ini. Kalau bangsa Indonesia tidak memproklamirkan kemerdekannya, barangkali pappiemu tidak akan duduk di tempat ini lagi. Aku sudah dijatuhi hukuman mati dan akan dieksekusi tanggal 18 Agustus (1945). Ditunda eksekusinya, karena Proklamasi itu.

.

.

Lalu dikisahkan dalam novel Merah Putih Golek Kencana karya Pandir Kelana ini, pada tanggal 15 Oktober 1945 terjadi adu senjata antara pasukan Kido Butai yang belum terima dengan kemerdekaan Republik Indonesia dengan pemuda-pemuda di Semarang. Banyak pemuda gugur saat itu. Berto pemuda peranakan Cina dalam novel, dikisahkan ikut angkat senjata membela Republik. Dia bilang, sekarang aku orang Indonesia.

.

.

Orang-orang Tionghoa hidup "menumpang" di hampir seluruh belahan dunia. Dengan usaha keras biasanya mereka bisa menjadi warga kelas menengah dengan kehidupan ekonomi yang cukup baik. Dagang adalah cara termudah yang bisa buat mereka bertahan hidup dan diterima di mana-mana. Status warga menumpang ini membuat hidup warga Tionghoa tidak mudah dan secara tak sadar jadi eksklusif, lebih karena kekhawatiran dan saling bela rasa untuk kaumnya pada mulanya. Banyak di antaranya juga hidup di Indonesia. Aku dan keluagaku adalah salah satunya.

.

.

Seperti Berto, aku memilih menjadi orang Indonesia. Aku lahir di tanah ini. Sejak bayi orok aku minum air dari mata air-mata airnya yang segar. Aku tumbuh besar makan hasil ladang tanah ini.Aku bermain di sungainya, di tanah lapangnya dan hidup dengan kegembiraan bersama teman-teman juga di negeri ini.

.

.

Pada sejarah negeri ini, aku berguru. Pada setiap langkah perjalannya hingga hari ini aku berterima kasih walaupun jalan tak selalu mudah. Boleh jadi aku lahir dari keluarga keturunan Tionghoa. Tapi, ya, aku bangga karena aku Indonesia!

.

.

Dirgahayu Indonesiaku