Aku di Sini, Kau ke Mana Saja?

Aku berjalan ke sana kemari,berputar-putar, setengah berlari, berjingkat, berjumpalitan
Di kanan kiriku ular berdesis berwarna hijau berbau amis
Di depanku kadal kecil-kecil berlari kencang terkencing-kencing
Di belakangku kutu busuk berukuran besar tidak normal terpental-pental
.
.
Oh, aku kehilangan kunciku!
Kugoyang-goyangkan dahan pintu sambil kurogoh-rogoh sakuku
Sambil melompat-lompat menghindari sengat
Oh, bagaimana ini?
Aku ingin berlari jauh, tapi makin jauh binatang melata makin merajalela
.
.
Kugoyang-goyangkan lagi dahan pintunya
Bergeming
Oh bagaimana ini?
Aku mau masuk
Ah... aku sudah pergi terlalu lama, terlalu jauh, terlalu lena
Kuncinya hilang, pintunya berkarat
.
.
Kugoyang-goyangkan lagi dahan pintu sambil berjumpalitan menghindari ular-ular kelaparan
Oh! Dahan pintunya lepas!
Kalap kuketuk pintu kuat-kuat sambil melompat-lompat
Kupejamkan mata, aku terus mengetuk
Kadal-kadal merayap naik badanku
Kutu busuk menggigiti kulitku
Ular-ular mengambil ancang-ancang akan mematukku
Aku terus mengetuk
Tolong, tolong....
.
.
Aku meringkuk di depan pintu
Terisak dan menyerah
Sesaat sebelum kupejamkan mata, kulihat kepala ular sudah hampir menyentuh kakiku.
.
.
"Kau ke mana saja?" kataNya.
Ia mengusap kepalaku. Aku memeluk kakiNya. Kubuka mataku, tidak ada lagi ular, kutu busuk, dan kadal-kadal.
"Aku pergi jauh, maafkan aku," jawabku sambil mengusap air mataku dengan ujung bajuNya.
.
.
"Kau selalu saja melupakan kuncinya," kataNya lagi sambil mengangkat tubuhku yang lemas.
"Aku selalu saja merasa kuat, maafkan aku." Aku berpegang kuat pada tanganNya.
.
.
"Aku selalu di sini, menunggumu dengan rindu," kataNya sambil memelukku.
"Ajari aku menyimpan kuncinya baik-baik," ratapku.
"Lepaskanlah, jangan kau genggam erat, menyerahlah, karena pintu masuk ke dalam hatimu memang kubuat begitu halusnya hingga kekuatan tak bisa menembusnya," kataNya.
.
.
Aku berpegang kuat pada bajuNya, mengikutiNya ke manapun Dia pergi.
"Jangan tinggalkan aku."
"Bukankan kau yang sering pergi meninggalkanKu?"
.
.
Kutundukkan kepalaku. "Bersabarlah padaku."
Lalu Ia menggandengku


Jogja, 17 September 2019

Comments

Popular posts from this blog

Kasih Tuhan di km 63

Telinga

Lintang