Jalan Pagi

Pagi ini akhirnya niat untuk jalan pagi terlaksana juga setelah satu bulan menunda. Niat ini sesungguhnya muncul sejak bulan puasa Ramadhan dimulai. Angan-angan jalan pagi membakar kalori yang sudah menumpuk sambil menikmati suasana sahur terus membayang. Tapi apa daya kasur begitu menggoda.
.
.
Selama bulan puasa berlangsung, sering aku merasa kagum sekaligus iri. Hebat betul bisa bermati raga seperti itu. Bahkan yang terpenting menyangkal diri. Seperti yang biasa dilakukan umat Nasrani menjelang Paskah. Tapi tak dapat dipungkiri nuansa Ramadhan lebih terasa kental bahkan puasanya pun terasa lebih berat. Sungguh, kesempatan untuk menyangkal diri dan mengenal Pencipta yang luar biasa.
.
.
Pagi ini kami berjalan ketika Salat Ied sedang berlangsung, sayup-sayup terdengar lantunan doa..Hmm.. rasanya menyejukkan. Lalu terdengar ceramah dari salah satu masjid yang kami lewati.
.
.
Kata Sang Kyai, ada orang yang berpuasa yang tak mendapat apa-apa, yang sekedar merasa lapar dan haus saja.
.
.
Aku terdiam... makna yang sungguh dalam...
.
.
Lalu Sang Kyai melanjutkan. Tak akan ada guna jika melalui proses mati raga itu jika proses-proses penyadaran diri dan pengampunan tak berlangsung. Gusti itu Maha Pengampun, suka dengan manusia yang memohon ampun karena kita memang tak sempurna.
.
.
Aah... aku memilih waktu jalan pagi yang paling tepat, setelah sebulan penuh gagal menyangkal diri.
.
.

Selamat bagi teman-teman yang telah berhasil menunaikan ibadah puasa Ramadhan yang penuh berkah ini. Gusti mberkahi
foto: @george_oscar_ferns

Pagi ini akhirnya niat untuk jalan pagi terlaksana juga setelah satu bulan menunda. Niat ini sesungguhnya muncul sejak bulan puasa Ramadhan dimulai. Angan-angan jalan pagi membakar kalori yang sudah menumpuk sambil menikmati suasana sahur terus membayang. Tapi apa daya kasur begitu menggoda.
.
.
Selama bulan puasa berlangsung, sering aku merasa kagum sekaligus iri. Hebat betul bisa bermati raga seperti itu. Bahkan yang terpenting menyangkal diri. Seperti yang biasa dilakukan umat Nasrani menjelang Paskah. Tapi tak dapat dipungkiri nuansa Ramadhan lebih terasa kental bahkan puasanya pun terasa lebih berat. Sungguh, kesempatan untuk menyangkal diri dan mengenal Pencipta yang luar biasa.
.
.
Pagi ini kami berjalan ketika Salat Ied sedang berlangsung, sayup-sayup terdengar lantunan doa..Hmm.. rasanya menyejukkan. Lalu terdengar ceramah dari salah satu masjid yang kami lewati.
.
.
Kata Sang Kyai, ada orang yang berpuasa yang tak mendapat apa-apa, yang sekedar merasa lapar dan haus saja.
.
.
Aku terdiam... makna yang sungguh dalam...
.
.
Lalu Sang Kyai melanjutkan. Tak akan ada guna jika melalui proses mati raga itu jika proses-proses penyadaran diri dan pengampunan tak berlangsung. Gusti itu Maha Pengampun, suka dengan manusia yang memohon ampun karena kita memang tak sempurna.
.
.
Aah... aku memilih waktu jalan pagi yang paling tepat, setelah sebulan penuh gagal menyangkal diri.
.
.

Selamat bagi teman-teman yang telah berhasil menunaikan ibadah puasa Ramadhan yang penuh berkah ini. Gusti mberkahi
foto: @george_oscar_ferns

Pagi ini akhirnya niat untuk jalan pagi terlaksana juga setelah satu bulan menunda. Niat ini sesungguhnya muncul sejak bulan puasa Ramadhan dimulai. Angan-angan jalan pagi membakar kalori yang sudah menumpuk sambil menikmati suasana sahur terus membayang. Tapi apa daya kasur begitu menggoda.
.
.
Selama bulan puasa berlangsung, sering aku merasa kagum sekaligus iri. Hebat betul bisa bermati raga seperti itu. Bahkan yang terpenting menyangkal diri. Seperti yang biasa dilakukan umat Nasrani menjelang Paskah. Tapi tak dapat dipungkiri nuansa Ramadhan lebih terasa kental bahkan puasanya pun terasa lebih berat. Sungguh, kesempatan untuk menyangkal diri dan mengenal Pencipta yang luar biasa.

Pagi ini kami berjalan ketika Salat Ied sedang berlangsung, sayup-sayup terdengar lantunan doa..Hmm.. rasanya menyejukkan. Lalu terdengar ceramah dari salah satu masjid yang kami lewati.
Kata Sang Kyai, ada orang yang berpuasa yang tak mendapat apa-apa, yang sekedar merasa lapar dan haus saja.
 

Aku terdiam... makna yang sungguh dalam...

Lalu Sang Kyai melanjutkan. Tak akan ada guna jika melalui proses mati raga itu jika proses-proses penyadaran diri dan pengampunan tak berlangsung. Gusti itu Maha Pengampun, suka dengan manusia yang memohon ampun karena kita memang tak sempurna.
 

Aah... aku memilih waktu jalan pagi yang paling tepat, setelah sebulan penuh gagal menyangkal diri.

Selamat bagi teman-teman yang telah berhasil menunaikan ibadah puasa Ramadhan yang penuh berkah ini. Gusti mberkahi
foto: @george_oscar_ferns

Comments

Popular posts from this blog

Kasih Tuhan di km 63

Telinga

Lintang