Inyong Esih Kemutan

"Lia, esih kemutan basa Banjar?"
"Ya, esih lah."
Setelah lebih dari 15 tahun lamanya, aku bisa dengan ceriwis berbicara menggunakan bahasa ngapak dengan teman-teman. Ternyata aku kangen.

Menyusuri kembali jalan-jalan kecil tempat kaki-kaki kecil kami berlari bersama, seperti membuka lorong waktu. Bagaimana kami saling mengingat kebiasaan di masa kecil lalu membandingkann dengan masa kini membuatku terperangah.

Beberapa jam bertemu setelah bertahun-tahun lamanya tentu tak membuatmu sangat mengerti siapa mereka dan siapa aku sekarang. Tapi entah bagaimana, pertemuan singkat itu membuka kesadaranku bahwa bagaimanapun hidup menjungkirbalikanmu, mereka dan aku yang pernah terhubung dalam peristiwa-peristiwa masa kecil menjadi rasa indah ketika kita menemukan rumah untuk berteduh.

Kesederhanaan dan kekeluargaan yang entah bagaimana mekar begitu saja seperti musim semi dalam pertemanan ini, membuat jiwa jadi tertunduk malu karena ia sibuk mencari ke sana kemari tentang bagaimana caranya menjadi nrimo.

Teman-teman merah putihku. Dari mereka dan keluarganya aku belajar banyak cara menjadi manusia yang manusiawi.


Comments

Popular posts from this blog

Kasih Tuhan di km 63

Telinga

Lintang