Anak-anak Berkemeja dan Bergaun Putih


Puluhan anak berkemeja dan bergaun putih berjajar di depan altar. Altar yang indah berkilauan. Kilaunya lebih indah dari emas tapi tidak silau seperti matahari. Anak-anak berkemeja dan bergaun putih mulai membuka mata mereka, berkerjap sesaat melihat kilau altar itu. Mereka melihat ke sana kemari kagum dengan keindahan di depan mata. Sesekali mereka saling pandang dengan kawan di kanan kiri dan di muka belakang. Tapi cahaya dari altar membuat mereka tak ingin bercengkrama lebih lama lagi. 

Sayup kian jelas gema-gema suara terdengar,
Ya Tuhan, saya tidak pantas Tuhan datang kepada saya. Tetapi bersabdalah saja maka saya akan sembuh .

Mulut anak-anak berkemeja dan bergauan putih mengikuti gema-gema suara yang mengalun seperti desiran angin waktu embun menetes pada daun.
Ya Tuhan, saya tidak pantas Tuhan datang kepada saya. Tetapi bersabdalah saja maka saya akan sembuh .

Langkah-langkah berat berderap di belakang mereka. Beberapa orang dewasa bergandengan tangan ikut memandang altar yang indah bersama anak-anak berkemeja dan bergaun putih. Bersama mereka pula mendaraskan gema,
Ya Tuhan, saya tidak pantas Tuhan datang kepada saya. Tetapi bersabdalah saja maka saya akan sembuh .

Beberapa anak menoleh dan senyum mereka melebar melihat ayah dan ibu mereka ada dalam barisan. Beberapa anak menjadi muram karena mereka tak menemukan ayah dan ibu mereka dalam barisan itu. Tapi tak lama terdengar alunan musik seindah gemericik air sehinggan senyum kembali mengembang pada wajah-wajah muram itu.

Tak lama kedua tangan masing-masing anak berkemeja dan bergaun putih terulur ke atas seperti bayi yang hendak digendong dan ditimang ibuna. Tawa riang bergema di sekililing altar diiringi lantunan merdu.
Kasih pasti lemah lembut
Kasih pasti memaafkan
Kasih pasti murah Hati
Kasihmu kasihmu Tuhan


Seiring irama merdu, orang-orang dewasa juga mulai mengulurkan kedua tangan mereka hendak ikut ditimang. Sesaat kemudian sunyi. Lalu wajah-wajah di sekitar altar mengeluarkan pendar-pendar keperakan lalu lebur bersama kilau altar yang indah.

Sementara itu di tempat yang sama, polisi, sibuk menyusur lokasi gereja yang hancur lebur dihantam bom dan yang tembok-temboknya penuh dengan percikan darah dan para kuli tinta sibuk membuat berita mengabarkan pada dunia tentang karut marut tingkah manusia.

Semoga jiwa-jiwa korban pemboman beberapa gereja di Sri Lanka damai bersama Tuhan di surga.

Jogja, 25 April 2019
#mengutukaksibom di gereja Sri Lanka
#kasihpastimemaafkan
#nulissambilnangis

Comments

Popular posts from this blog

Kasih Tuhan di km 63

Telinga

Lintang